Engagement Rate sering dijadikan sebagai standar keberhasilan sebuah aktivitas pengelolaan media sosial. Banyak mitos berseliweran tentang metric ini. Ada yang bilang angka idealnya adalah 5%, ada yang bilang 2% saja sudah baik.
Biar nggak jadi ikutan bingung, baca tulisan ini sampai habis.
Simpelnya engagement rate adalah indikator tingkat interaksi yang terjadi pada sebuah akun media sosial.
Indikator ini bisa diukur secara menyeluruh pada keseluruhan aktivitas selama rentang waktu tertentu, atau partial pada masing-masing post.
Bisa dibilang engagement rate adalah ukuran keberhasilan konten yang kita buat. Semakin tinggi engagement rate, artinya strategi konten di social media marketing yang kita lakukan berhasil mendapatkan banyak respon/interaksi.
Saat akan bekerjasama dengan KOL/Influencer, metric ini juga jadi standar umum yang harus ditanyakan terlebih dahulu.
Baca Juga: Mau Coba Influencer Marketing? Cek Strateginya!
Engagement (interaksi) di media sosial punya peran yang sangat besar untuk pertumbuhan akun. Tingkat interaksi ini biasanya jadi standar ukuran kesehatan sebuah akun.
Banyak orang percaya bahwa engagement rate ini lebih penting dibanding sekedar pertumbuhan angka followers. Karena seperti yang kita tau, belum tentu banyaknya followers akan berbanding lurus dengan interaksi yang terjadi.
Bisa jadi akun yang memiliki banyak followers melakukan cara curang untuk mendapatkan angka followers tersebut. Makanya, penting untuk kita memegang Engagement Rate sebagai acuan kesehatan dan standar keberhasilan social media marketing .
Ada banyak cara mengukur metric engagement rate. Bisa dari rasio jumlah interaksi berbanding (dibagi) dengan followers, impresi, atau reach.
Di Akarmula kami biasanya lebih memilih untuk menggunakan reach sebagai faktor pembanding dalam mengukur rasio interaksi yang terjadi.
Kenapa lebih pilih reach?
Karena metric reach jauh lebih reliable dibanding impressions.
Seperti yang kita tau, impressions adalah metric yang mengukur berapa kali konten kita tayang ke hadapan orang, tanpa memperdulikan konten itu tayang ke orang yang sama berkali-kali.
Sedangkan reach, adalah metric yang tayangan yang menjangkau orang baru (unique user). Ini dia alasan kenapa untuk mengukur engagement rate akan lebih reliable saat menggunakan reach sebagai faktor bagi (ERPR, Engagement Rate Per Reach).
Dengan menghitung ERPR, kita bisa tau seberapa jauh jangkauan unik konten yang kita buat. Untuk mengukur ERPR, kita bisa pakai rumus ini:
Contoh penggunaannya:
Pada tanggal 1 kamu upload konten dan mendapatkan 200 likes, 10 comments, dan 5 saves. Sementara itu jumlah reachnya adalah 1720.
Lalu pada tanggal 2 kamu upload konten dan mendapatkan 100 likes, 3 comments, dan 3 saves, dengan reach 920.
Kamu bisa hitung masing-masing ERPR dari konten itu terlebih dahulu. Jadi akan diperoleh:
- ERPR konten tanggal 1: 12,5%
- ERPR konten tanggal 2: 11,52%
Lalu dalam sebulan ternyata kamu nggak upload konten lain sama sekali. Jadi rerata (average) ERPR di periode bulan tersebut adalah:
Rerata ERPR 1 bulan: ((0,125 + 0,1152) / 2 konten) / 30 hari = 0,4%
Setelah kita hitung dengan rumus di atas, kita bisa membandingkannya dengan masing-masing benchmark yang ada di setiap platform atau setiap kategori akun.
Masalah yang harus kita pecahkan setelah tau angka engagement rate akun kita adalah bagaimana meningkatkannya. Kamu bisa coba beberapa cara ini:
Kita tahu bahwa semua orang pasti punya selera makan yang berbeda-beda. Ada yang suka durian, ada yang nggak suka. Ada yang suka kulit ayam, ada yang nggak suka. Begitu juga dengan konten untuk media sosial.
Konten yang akan kita buat harus sesuai dengan minat audiens. Untuk bisa tau minat mereka, kita perlu melakukan serangkaian percobaan pada berbagai bentuk dan topik konten.
Kadang memang kita terlalu ingin memasukkan semua idealisme dalam membuat konten. Tapi kembali lagi bahwa kita membuat konten adalah untuk menarik audiens, jadi sudah sewajarnya kalau kita mengikuti apa yang mereka inginkan.
Seperti disebutkan di atas bahwa salah satu faktor terpenting perhitungan engagement rate adalah interaksi. Semakin tinggi interaksi, semakin besar angka yang kita dapat.
Inilah alasan admin media sosial nggak boleh malas untuk menyapa audiensnya. Buatlah seolah audiens adalah seorang tamu yang datang ke rumahmu. Tentu kita nggak mau dong tamu kita kecewa.
Jadi cobalah perlakukan mereka dengan baik, ajak ngobrol, dan hidangkan konten yang berkualitas. Dengan begitu, mereka akan betah berlama-lama di akunmu.
Ketika kita punya konten yang bagus, tapi diposting di waktu yang salah, maka semua itu akan percuma. Konten yang kita buat akan tenggelam dan tak terbaca.
Seperti yang kita tahu bahwa setiap platform media sosial punya "waktu terbaik" yang berbeda. Waktu terbaik atau biasa dikenal dengan istilah prime time ini bisa dibilang adalah waktu di mana audiens kita sedang “bangun” dan menggunakan media sosial tersebut.
Oleh karena itu, kita perlu menyesuaikan jam upload konten dengan prime time agar konten yang kita buat bisa dilihat oleh lebih banyak orang.
Lalu gimana sih cara tau prime time akun sosial media kita?
Untuk tau kapan prime time akun kita sebenarnya cukup mudah. Kita bisa melihat semua itu di bagian “insight”. Tapi perlu dicatat bahwa kita harus memastikan dulu akun kita sudah diubah ke settingan “akun bisnis”.
Kalau begitu berapa angka ideal engagement rate sebuah akun bisa dikatakan bagus?
Sayangnya jawaban dari pertanyaan ini adalah adalah: nggak ada standar baku.
Setiap platform dan setiap kategori akun punya tingkat standar yang berbeda-beda.
Engagement rate yang bagus adalah yang konsisten terjaga atau bahkan meningkat setiap bulannya. Peningkatan ini lah yang akan membuat akun kita bisa dikatakan berkembang.
Oleh karena itu, kita perlu mengukur pertumbuhan akun media sosial kita setiap bulannya. Agar jika ada penurunan, kita bisa langsung menerapkan strategi yang terbaik.