Banyak orang mengira content writing adalah copywriting, begitu juga sebaliknya. Padahal, perbedaan antara copywriting dan content writing itu cukup signifikan loh.
Sekarang ini, profesi content writer ataupun copywriter sudah ada di hampir semua brand. Entah itu brand yang sudah besar, maupun rintisan. Perannya dalam menciptakan kata-kata yang bisa memancing pelanggan, sangat besar bagi sebuah brand.
Tapi sayangnya, masih banyak yang ketuker tentang mana yang disebut dengan content writing, dan mana yang lebih tepat disebut copywriting.
Artikel ini akan membahas perbedaan copywriting dan content writing serta apa irisan antara kedua term ini. Di sini, kamu bisa menemukan jawaban dari kegalauan-mu tentang dua istilah yang sering ketuker ini.
Langsung aja, Check it out!
Kalau dengar kata “copywriting” kebanyakan kita langsung menafsirkan sebagai “caption”. Sebenarnya pernyataan itu nggak sepenuhnya salah, sih. Karena caption adalah salah satu bentuk penerapan dari copywriting.
Tapi, tentu saja copywriting itu nggak melulu soal caption aja.
Copywriting sering disebut sebagai tulisan persuasif. Ini merupakan sebuah cara marketing dengan menitikberatkan penggunaan kata-kata untuk memengaruhi pengambilan keputusan. Kata-kata ini bisa berupa artikel, tulisan iklan, caption di media sosial, dan beberapa tulisan-tulisan lain yang mendukung kegiatan marketing.
Tujuan dari copywriting ini adalah sebagai cara untuk mengiklankan produk atau brand, meningkatkan penjualan, dan mendapatkan engagement dari pelanggan di media sosial.
Bisa dibilang, copywriting ini adalah senjata dalam bentuk kata-kata yang digunakan untuk memenangkan peperangan melawan kompetitor dan merebut hati pelanggan. Pokoknya, copywriting itu adalah tentang “memengaruhi”.
Makanya seorang copywriter itu sering dituntut untuk bisa membuat tulisan singkat tapi memikat pelanggan untuk segera melakukan transaksi jual beli produk atau jasa dari sebuah brand.
Kalau copywriting itu lebih dekat dengan proses memengaruhi, content writing biasanya berfokus pada proses entertaining. Segala bentuk konten disusun melalui proses content writing.
Dibanding membuat tulisan yang mengarah secara langsung pada penjualan produk seperti yang dilakukan copywriting, content writing lebih fokus pada relevansi dengan audiens. Konten-konten yang dibuat diharapkan dapat menciptakan hubungan yang lebih dekat dengan audiens.
Biasanya, tulisan-tulisan dalam content writing akan lebih elaboratif dan interaktif. Jadi, audiens akan lebih mudah mencerna maksud dari tulisan tersebut. Konten dibuat berdasarkan apa yang disukai oleh audiens. Misal, konten game, giveaway, tips and trick dan sejenisnya. Pokoknya, pusatnya ada pada kepuasan audiens.
Perbedaan copywriting dan content writing emang tipis banget. Ini yang bikin keduanya sering ketuker. Meskipun begitu, ada beberapa patokan yang bisa kamu pakai untuk bedain mana copywriting dan mana content writing. Yuk simak di sini.
Langkah pertama untuk melihat perbedaan copywriting dan content writing adalah melakukan pengecekan kembali pada tujuan penulisan konten tersebut.
Copywriting dibuat untuk menyampaikan pesan secara persuasif. Jadi semua yang ditulis akan terpusat pada bahasa-bahasa yang memikat seseorang untuk melakukan pembelian.
Sedangkan content writing adalah untuk menciptakan konten interaktif.
Output yang dihasilkan dari copywriting biasanya dalam bentuk teks untuk iklan, artikel website, brosur, katalog, surat langsung, tagline, post media sosial, atau tulisan-tulisan dengan tujuan komunikasi pemasaran lainnya.
Sedangkan output dari content writing adalah brief yang mudah dipahami untuk diolah menjadi sebuah konten.
Karena copywriting ada pada proses pemasaran, maka goalsnya adalah membuat pelanggan mau membeli produk dari brand kita. Makanya, kata-kata yang digunakan dalam copywriting lebih “menjual”.
Kalau content writing, nggak ada aturan khusus apakah dia harus menciptakan penjualan atau tidak sama sekali.
Baca Juga: Lebih dari 30 Postingan, Social Media Marketing Punya Standar Keberhasilan
Setelah kita tau apa perbedaan copywriting dan content writing, sekarang pertanyaannya adalah: bisa nggak sih keduanya digabungin?
Yaps, bisa banget! Dengan menggabungkan content writing dan copywriting, kamu nggak cuma mengoptimalkan proses marketing, tapi juga selangkah lebih maju dari itu. Gabungan antara keduanya akan menghasilkan kualitas marketing yang jauh lebih baik.
Content writing yang terkonsep dan dieksekusi dengan ciamik akan membuat calon pelanggan menjadi lebih dekat.
Setelah proses menciptakan kedekatan selesai dibangun, maka tugas copywriting untuk mengeksekusi dengan pemilihan kata yang “menjual”.
Banyak brand telah mempraktekkan strategi ini. Kamu bisa secara bergiliran menggunakan teknik copywriting dan content writing ini. Biar nggak kelihatan kalau jualan mulu dan tidak memperdulikan pelanggan-mu. Buat jadwal posting konten yang seimbang antara keduanya.
Nah, itu tadi serba serbi tentang copywriting dan content writing. Setelah ini, kamu bisa menyesuaikan keduanya sesuai kebutuhan brand kamu. Namun, ada hal yang perlu diingat, yaitu konsistensi. Semua aktivitas marketing akan jadi sia-sia kalau kamu nggak konsisten.
Untuk itu, kamu bisa mulai dari membuat schedule konten yang sekiranya bisa kamu eksekusi dengan baik. Dengan begitu, engagement akun brand kamu akan meningkat, dan aktivitas marketing bisa berjalan lebih lancar.