Mayoritas orang bisa menulis, tapi tidak semua orang yang bisa menulis, paham cara menulis konten marketing. Pola penulisan konten marketing itu berbeda dengan penulisan untuk blog pribadi atau artikel berita. Di sini, kita akan bahas tips menulis konten marketing yang mungkin akan berguna untuk brand kamu.
Kita semua tahu, bahwa pada dasarnya, tujuan dari semua konten marketing itu adalah untuk mendukung proses marketing itu sendiri. Konten marketing difungsikan sebagai salah satu tools untuk menjual produk atau jasa sebuah brand.
Jenis dari konten marketing ini pun beragam. Mulai dari artikel SEO, banner promosi, konten sosial media dan lain-lain. Tapi, satu hal yang pasti ada dalam konten marketing, yaitu tulisan.
Oleh karena itu, banyak perusahaan yang rela hire karyawan khusus untuk menulis konten marketing. Konten marketing ini akan jadi semacam gerbang yang akan menentukan apakah audiens mau datang atau tidak.
Jadi, sebuah konten marketing perlu ditulis dengan baik agar bisa memikat audiens dan proses marketing bisa berjalan mulus.
Nah, dengan tips ini, kamu bisa tetap bisa bikin konten yang menarik dan menjual, meskipun tidak punya background sebagai content writer sebelumnya. Jadi, simak sampai habis, Ya!
Pernah dengar istilah good writing for good marketing? Yaps, sebuah ungkapan untuk menggambarkan pentingnya kekuatan tulisan untuk menggerakkan hati audiens untuk membeli sebuah produk dari brand tertentu.
Sayangnya, tidak sedikit yang kebingungan cara mulai menulis konten marketing ini. Biar nggak bingung lagi, mari kita pelajari semuanya di sini.
Seperti halnya semua proses marketing, menulis konten juga harus dimulai dari riset terlebih dahulu. Riset di sini bisa dibilang sebagai fondasi yang akan menentukan kuat dan tidaknya tulisan yang akan kita bangun.
Ada setidaknya 3 riset yang perlu dikantongi sebelum mulai menulis, yaitu riset audiens, riset trend, dan riset keywords.
Riset audiens akan membantu kita untuk tau siapa target market yang akan membaca konten marketing yang kita buat. Riset trend tentu saja perlu dilakukan untuk tau model konten seperti apa yang lagi ngetrend di tengah netizen saat ini. Lalu, riset keywords akan menjadi senjata kita untuk menyasar langsung ke tengah target audiens.
Jika data dari ketiga riset ini berhasil diamankan, maka proses menulis konten kita akan jadi lebih mudah kedepannya. Tinggal pilih mau pakai data yang mana dulu untuk memikat hati para audiens ini.
Musuh semua penulis itu adalah writer block yang akhirnya membuat kita kehabisan kata-kata. Untungnya, ada cara jitu untuk membentengi diri dari writer block ini. Salah satu caranya adalah dengan membaca.
Kamu bisa membaca jenis bacaan apapun yang ada di sekitarmu. Bisa artikel berita, buku, bahkan baca caption di Instagram. Semakin banyak membaca, maka kosa kata di otak kita akan semakin kaya. Kalau udah gini, kita bisa lebih mudah untuk eksplorasi topik-topik marketing yang akan kita tulis.
Kita bisa mulai membiasakan habit penting ini dengan cara membaca setidaknya dua artikel referensi secara utuh sebelum mulai menulis konten marketing.
Tips menulis konten marketing selanjutnya adalah menentukan topik yang pas. Ketika memilih topik, kadang kita terlalu fokus untuk mengikuti apa yang lagi ngetren dan dipakai oleh kompetitor. Padahal, topik itu harus unik. Kita nggak bisa asal ikut dan comot sana sini cuma biar keliatan “up-to-date”.
Solusinya, kita bisa mengikuti trend yang ada dengan tetap mempertahankan karakteristik brand kita.
Kemas topik dengan sudut pandang yang berbeda, agar tampak unik dan mudah menarik perhatian.
Tahukah kamu, kalau ketertarikan orang akan sebuah konten itu terjadi pada 3 detik pertama. Ketika dalam tiga detik konten tersebut berhasil menarik perhatian, maka konten itu bisa dibilang berhasil. Tapi kalau tidak, konten yang kamu buat cuma akan di-skip aja.
Nah, salah satu cara menarik perhatian itu adalah dengan headline. Makanya, setelah topik berhasil ditentukan, langkah berikutnya yang harus dilakukan penulis konten marketing adalah menyusun headline.
Nggak mudah memang untuk merumuskan headline yang punya daya magis. Tapi, ini bisa dilatih dengan mencoba terus sembari diimbangi dengan membaca referensi.
Sebagai langkah awal, headline sebaiknya dibuat dengan cara singkat, padat, tapi interaktif. Dalam hal ini, kamu bisa menggunakan kata-kata yang provokatif namun tetap halus.
Ketika topik dan headline sudah terbentuk, tips menulis konten selanjutnya adalah menentukan tone of voice.
Apa sih tone of voice itu?
Jadi singkatnya, tone of voice itu adalah cara ngobrol kita dengan audiens. Apakah akan dilakukan dengan bahasa formal, bahasa santai, atau bahasa-bahasa yang lagi trend di kalangan anak muda sekarang. Semua itu harus diwujudkan lewat tulisan yang akan kita buat.
Untuk menentukan tone of voice ini, kita perlu menyesuaikan dengan target market dan karakter brand kita. Semua harus selaras agar goals dan image yang ditampilkan bisa sama.
Tone of voice ini juga akan mempengaruhi bagaimana semua konten diproduksi, baik itu tulisan maupun visual.
Kebanyakan penulis konten pemula selalu terjebak pada cara menulis yang “detail”. Kita dituntut untuk memasukkan semua informasi dalam satu konten. Padahal, tidak semua audiens mau membaca konten yang terlalu banyak.
Kalau udah gini, gimana dong solusinya?
Sebenarnya, ada satu trik yang bikin konten kamu informatif, tapi tetap ramah untuk orang-orang yang kurang suka membaca teks panjang.
Caranya adalah dengan membuat konten yang singkat, padat, dan tepat sasaran. Tulis kalimat yang bisa mengarahkan audiens untuk membaca lebih jauh informasi tersebut di channel lain.
Misalnya, kamu bisa bikin spoiler konten di Instagram. Lalu, arahkan audiens untuk mengunjungi website kamu kalau mau dapat informasi yang lengkap. Selain lebih menarik, cara ini juga sekaligus bisa meningkatkan engagement pada konten Instagram kalian dan mendatangkan traffic pada channel marketing yang lain.
Baca Juga: Engagement Rate, Seputar Mitos dan Cara Mengukurnya
Step pamungkas dari semua tips menulis konten marketing adalah dengan memberikan call to action di penghujung konten. Call to action ini semacam kalimat ajakan agar audiens melakukan sesuatu yang kamu inginkan. Misalnya, komen, like, share, atau kegiatan sejenis sesuai goals dari konten yang kamu buat.
Buat call to action semenarik mungkin agar audiens terpancing dan mengikuti arahan konten yang kamu buat.
Beberapa contoh kalimat call to action yang sering digunakan misalnya “yuk komen di bawah”, “jangan lupa like, komen, dan subscribe, ya!”, “checkout sekarang juga”, dan lain sebagainya.
Nah, itu tadi tips menulis konten marketing yang mungkin akan berguna untuk kamu yang lagi mau mulai belajar menulis konten. Satu hal penting di dunia kepenulisan konten adalah “terus berlatih” atau sering disebut dengan istilah keren “learning by doing”.
Semakin sering kamu berlatih, kamu akan semakin mudah menemukan feeling ketika menulis. Mulailah untuk menulis konten yang sederhana, seperti meme, game atau aspek entertain lain. setelah itu, kamu bisa mengembangkannya menjadi soft sales maupun hardsell sesuai kebutuhan brand kamu.