Sibuk ngurus revisi dan feedback absurd tiap hari, tau-tau udah mau Q3 dan pilihan font-mu masih stuck sama Poppins dan Lato. Dunia kreatif emang kadang sibuknya kayak warteg pas jam makan siang. Tapi justru karena itu, sekarang saatnya kasih vitamin buat desain kamu — lewat underrated Google font di 2025 yang sebenernya menarik banget.
Siap? Let’s go!
Buat yang mau download atau check langsung di Google Font, klik kata berwarna kuning di setiap font, ya!
Fraunces itu serif dengan DNA vintage, tapi nggak terjebak nostalgia. Ada taste neo-classical yang dikawinkan sama sentuhan modern — mirip arah desain editorial tahun-tahun belakangan yang makin nyeleneh dan berani. Fraunces jadi contoh sempurna dari arah itu.
Ideal untuk brand yang ingin tampil sophisticated alias elegan & berkelas, tapi tetap punya sisi artsy yang kuat. Bayangkan dipakai untuk kemasan niche perfume atau headline campaign dengan tone storytelling artistik—kena banget.
Sora punya struktur geometris yang bersih ala sans modern, namun dengan detail lembut yang membuatnya tidak kaku. Kalau Inter terlalu ramping, dan Roboto terlalu kaku & kurang ekspresif, maka Sora terasa lebih dinamis & hangat.
Sora bakal cocok untuk produk-produk digital yang ingin menunjukkan sisi empatik, dinamis, & terasa hidup.
Gloock adalah serif dengan ekspresi visual yang tinggi—kontrasnya tajam, bentuknya megah, dan kehadirannya mencolok seperti headline majalah fashion Eropa.
Tiap huruf terasa seperti punya “drama” atau panggungnya sendiri, bukan sekadar huruf biasa. Gloock menggabungkan kesan klasik ala roman serif dengan struktur yang lebih brutal dan teatrikal.
Font ini cocok banget untuk desain yang mengandalkan ekspresi, bukan cuma fungsionalitas. Tapi mungkin kamu bakal butuh font lain untuk body-copy. Karena arah visual font ini bakal lebih cocok untuk headline.
Kalau kamu liat dari seri light font-nya, mungkin bakal munculin persepsi “hemm, ini mah sans biasa”. Tapi begitu kamu bold series-nya, bakal kena gocek!
Font ini serasa bilang “gue nggak mau kelihatan normal”. Bentuknya tebal dan chunky (untuk yang bold), tapi dengan anomali yang justru bikin karakter visualnya kuat. Ini sangat cocok untuk desain yang ingin langsung mencuri perhatian—nggak heran kalau Syne banyak dipakai di poster artsy, headline untuk creative campaign, atau visual yang ingin orang berhenti scroll.
Di jaman attention span yang makin pendek, Syne bakal punya impact sejak huruf pertama. Font ini seolah sadar: kadang desain nggak harus rapi, yang penting berkesan.
Terakhir, ada Space Grotesk. Design huruf-hurufnya dirancang dengan konsisten dan teratur. Proporsinya rapi, grid-nya terasa seimbang, dan antar huruf saling terhubung dengan cara yang terstruktur.
Font ini terasa modern dan netral, tapi ngga yang membosankan. Jenis font ini dalam beberapa tahun ke belakang suka jadi pilihan designer, terutama untuk kebutuhan UI design, landing page SaaS, portofolio desain kreatif, atau brand yang ingin tampil clean tapi tetap punya karakter dinamis.
Nah, itu tadi beberapa font yang mungkin juga kelewat dari radar kalian—terus terang Karmin juga baru ngeh! Mumpung lagi ada di web Akarmula, coba gih baca artikel-artikel lain yang mungkin akan ngasih insight baru buat kamu tentang hal-hal kreatif, marketing, & branding.
Baca blog Akarmula di sini!