Belum lama ini, Akarmula Community ada sebuah diskusi tentang brand purpose. Ada yang bilang hal ini wajib ada. Tapi ada juga yang bilang keberadaannya cuma mitos aja.
Kira-kira mana yang benar ya?
Faktanya, keduanya sama-sama benar. Kita coba bedah pelan-pelan, ya?
Aktivitas-aktivitas brand yang bertujuan untuk berbuat baik, makin hari makin terlihat ramai disuarakan.
Sebagai contoh, issue tentang kesadaran lingkungan semakin sering digunakan oleh brand yang mengusung tema natural.
Issue tentang kesetaraan akses dibawa oleh brand yang biasanya bergerak di bidang pendidikan dan jasa.
Pertanyaannya, seberapa serius sebuah brand akan menyuarakan hal tersebut?
Apakah sekedar suara, atau sampai bentuk tindakan?
Kalau mau sedikit lebih jeli dalam memperhatikan fenomena brand di sekitar, kita bakal dengan mudah menyadari satu hal. Tujuan-tujuan baik dari sebuah brand biasanya sudah lebih dulu dilakukan oleh brand multi-nasional.
Seperti Unilever contohnya. Brand multi-nasional asal Inggris ini membawa campaign Every U Does Good yang belum lama ini kembali disuarakan secara serentak, termasuk di Indonesia.
Campaign-nya keren, impact langsung ke banyak lapisan masyarakat bisa diwujudkan. Tapi jangan lupa kalau sebagai brand multi-nasional, jelas Unilever punya kekuatan untuk melakukan itu.
Di sini lah letak mitosisasi (gak tau ada gak sih kata ini? xD) terjadi.
Sebuah Tujuan Besar yang sukses dibawa oleh brand-brand besar, dicopy oleh brand yang baru mulai.
Entah karena alasan memang dari hati, atau sekedar melihat issue yang seksi untuk menghisap pundi-pundi pelanggannya nanti.
Seperti yang kita tau, saat memulai sesuatu sebaiknya kita mulai dari sebuah “WHY”. Jawaban dari “kenapa kita memulai brand ini” adalah yang kami sering bilang sebagai brand purpose.
Tanpa sebuah tujuan, kita gak akan pernah berjalan ke arah mana pun. Semakin jujur tujuan kita memulai sebuah brand, idealnya hasil yang kita dapat semakin baik. Kalau kita bohong, para pelanggan kita yang akan mengoreksinya nanti.
Ada tujuan yang lebih mulia lagi, kita sebut sebagai brand higher purpose.
Ketika brand yang kita bangun bukan sekedar tentang transaksi lagi, kira-kira apa yang mau kita lakukan?
Kekeliruan pemilik bisnis adalah ingin langsung menolong orang banyak dengan menyuarakan purpose yang ini. Baik sih, tapi masalahnya waktu dicek ternyata cashflow-nya dia aja masih perlu ditolong.
Setiap brand wajib memiliki latar belakang kenapa dia ada dan harus disusun di awal. Karena ini adalah alasan penting kita memulai semuanya. Idealnya ini akan berbicara tentang apa yang mau kita selesaikan, bagaimana caranya, dan kenapa kita mau melakukan itu.
Sedangkan untuk brand higher purpose kita juga bisa susun di awal pembentukan brand. Hanya saja kita perlu detailkan dengan menentukan kapan kita akan melakukannya dan dengan cara seperti apa.
Brand purpose harus segera terefleksi dari tindakan kita setiap hari. Sedangkan brand higher purpose akan lebih ideal kalau dilakukan nanti, setelah bisnis kita lebih kuat dan brand yang kita bangun berkapasitas untuk melakukannya.