Menyusun customer retention strategy bakal menyelamatkan sebuah bisnis dalam perjalanan jangka panjang.
Pemilik bisnis seperti kamu pasti suka kalau melihat jumlah penjualan berlipat, kan?
Tapi masalahnya, kadang kita perlu bergantung pada budget periklanan untuk meningkatkan jumlah penjualan.
Saya kasih tau satu fakta ya, yang namanya budget periklanan setiap tahun bakal semakin mahal.
Gak percaya?
Jadi yang namanya space iklan, semakin hari kan bakal semakin padat.
Kalau kamu pakai Google Ads atau Facebook Ads waktu mereka pertama kali muncul, karena pengiklannya masih sedikit persaingannya belum terlalu ketat kayak sekarang.
Kita perlu ingat-ingat cara kerja supply & demand.
Kalau demand meningkat tapi supply-nya terbatas, berarti akan ada koreksi harga.
Mungkin kamu saat ini masih bergantung dan tetap untung pakai platform-platform periklanan yang tersedia. Tapi untuk jangka panjang, jelas kamu butuh strategi untuk siap-siap mengimbangi pengeluaran untuk beriklan.
Kira-kira kamu bakal bahagia gak, kalau budget periklanan bisa ditekan, tapi penjualan tetap berjalan? (mustahil kalau enggak :p)
Mungkin kamu lupa, jadi coba saya ingatkan ya.
Aktivitas marketing itu punya dua tujuan, yaitu mendapatkan pelanggan baru (acquisition) dan menjaga transaksi melalui pelanggan yang sudah ada (retention).
Karena tujuannya berbeda berarti dua aktivitas ini perlu dirancang sendiri-sendiri. Kamu perlu menyusun masing-masing, customer acquisition strategy dan menyusun customer retention strategy.
Meningkatnya customer retention adalah bukti kalau pelanggan suka dengan apa yang kita tawarkan dan cara kita menawarkannya.
Mungkin produk kamu bagus. Tapi ketika pelayanannya buruk, apa lagi lambat, mereka gak akan mau membeli kembali.
Ada beberapa hal yang bisa kamu lakukan untuk menyusun retention strategi.
Keluhan pasti terjadi. Pelanggan pasti suatu saat bakal merasa kurang puas dengan apa yang kita berikan pada mereka.
Di kondisi seperti ini, rasanya seperti kita lagi jatuh dari sebuah jurang.
Pertanyaannya, apakah ada tim support yang siap menolong saat kita jatuh bebas ke jurang?
Semakin cepat tanggap, kita bakal semakin terselamatkan. Susun tim dan sistem yang dapat merespon dengan cepat, kalau perlu selama 24 jam!
Kalau semua penting, semua jadi gak penting. Pernah dengar itu?
Kalimat tersebut juga berlaku saat kita memberi tanggapan pada pelanggan.
Pelanggan yang kita ajak bicara dengan menyebut nama mereka terlebih dahulu bakal lebih merasa nyaman.
Mereka bakal merasa menjadi penting dibanding yang lain.
Sering kita lihat brand melakukan giveaway tapi tujuannya untuk mengejar pertambahan followers.
Gimana kalau kita ubah sedikit cara mainnya.
Sekarang kita kasih giveaway untuk existing customer yang udah pernah beli produk atau menggunakan jasa kita.
Buat mereka lebih merasa dihargai dan bangga untuk berinteraksi dengan brand kamu.
Sedih rasanya kalau denger orang bilang: “email marketing impactnya kecil, mending pake ads aja.”
Pertanyaannya, kalau kecil kenapa banyak perusahaan besar tetap pake ini secara konsisten?
Email marketing yang digunakan untuk mengirimkan newsletter jadi medium untuk sebuah brand menjangkau kembali pelanggan yang sudah pernah berinteraksi.
Namanya marketing itu bukan cuma untuk cari pelanggan baru. Kita perlu mengelola pelanggan yang sudah ada.
Mengelola pelanggan yang sudah ada bakal jadi jurus ampuh untuk ngerem budget marketing yang biasanya bakal terus membengkak kalau cuma akuisisi pelanggan aja.
Selain itu, retensi yang tinggi juga bukti bahwa produk, layanan, dan brand kita berfungsi secara maksimal. Itu bukti kalau pelanggan puas dan mau terhubung dengan kita terus-menerus.
Kalau kamu butuh strategi marketing yang sesuai sama kondisi bisnis kamu, coba diskusiin dulu aja sama kami. Kita bisa obrolin strategi seperti apa yang pas untuk membuat pelanggan terus-terusan jatuh cinta sama produk dan layanan kamu.