Menyampaikan “rasa” dari brand itu bisa dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya adalah dengan cara memilih font yang tepat.
Seperti yang kita tahu, ada bermacam-macam jenis font dalam desain grafis. Uniknya, setiap font memiliki karakter sendiri-sendiri. Ini yang jadi alasan kenapa pemilik brand seperti kamu perlu tau tentang cara memilih font yang tepat.
Font yang sesuai dengan brand personality adalah salah satu alat untuk mengkomunikasikan rasa brand kepada pelanggan. Hal ini tidak hanya untuk penggunaan pada logo saja, melainkan juga pada semua aspek desain yang akan digunakan oleh brand.
Baca Juga: 5 Google Font Favorit Graphic Designer
Typography merupakan elemen dasar yang wajib dikuasai oleh semua graphic designer. Baik itu designer logo, designer social media, dan juga UI Designer (yang satu ini wajib menguasai basic typography).
Kalau mereka—graphic designer—kan udah jelas paham, ya? Terus gimana nasib kita yang nggak punya basic design sama sekali? Tenang, di tulisan ini kamu bakal kenalan sama 5 jenis font. Jenis font ini yang akan jadi pemahaman dasar tentang cara memilih font yang tepat.
5 Jenis font itu adalah serif, sans serif, script, monospaced, and display. Kelima jenis font ini memiliki karakter dan perannya masing-masing.
Baca Juga: 4 Situs Tambah Penghasilan Bagi Desainer Grafis
Jenis font dalam desain grafis yang pertama adalah kelompok serif. Jenis serif ini merupakan font tertua yang dibuat sejak abad ke-15.
Ciri-ciri dari font serif sendiri terletak pada kait di atas dan bawah huruf. Kait ini membuat font serif memiliki karakter klasik, ideal, dan tradisional. Oleh karena itu, serif biasanya digunakan oleh brand yang ingin menunjukkan kesan sudah mapan.
Kelompok serif juga bisa dipecah menjadi tiga kategori yaitu old style, transitional, neoclassical.
Old Style memiliki bentuk goresan melengkung yang cenderung condong ke kiri. Font kelompok old style biasanya ditulis dengan italic atau miring. Beberapa jenis font yang masuk kategori ini adalah ITC Berkeley Oldstyle, ITC Legacy Serif, Centaur.
Kategori font serif kedua yaitu transitional. Merupakan transisi dari font old style dan neoclassical. Bentuk fontnya tegak lurus meskipun masih ada bagian yang miring. Contoh kategori ini adalah Americana, Baskerville, Bulmer, Perpetua.
Kategori ketiga yaitu neoclassical. Font neoclassical merupakan jenis font serif yang masuk ke kategori font modern. Memiliki ketebalan dan kemiringan yang tiba-tiba, font neoclassical sangat dekat dengan unsur ketegasan. Contoh font jenis ini adalah Bodoni Classic, ITC Fenice, Marconi, Walbaum.
Jenis font dalam desain grafis kedua adalah kelompok sans serif. Meskipun memiliki nama yang hampir sama dengan serif, kelompok font ini sebenarnya punya karakter yang sangat berbeda.
Dibekali dengan ciri khas font yang bersih, tegak, dan tanpa kait, sans serif cocok untuk menampilkan karakter sederhana dan simpel, dan modern.
Sama halnya dengan serif, jenis font sans serif juga dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu
Grotesque merupakan jenis font yang digunakan untuk komersial pertama. Font kategori ini memiliki kontras dalam ketebalan stroke yang terlihat sangat jelas.
Contoh font kategori ini adalah Helvetica, News Gothic,dan ITC Franklin Gothic.
Visualisasi dari kategori square bisa dibilang sangat terbatas. Font ini memiliki lebih banyak garis spasi dibanding dengan kategori sans serif yang lain.
Beberapa contoh font kategori square yaitu Cachet, Neo Sans, dan Felbridge.
Ciri khas yang paling terlihat dari font geometric adalah unsur kesederhanaannya. Sehingga font yang masuk kategori ini lebih mudah untuk dibaca.
Jenis font yang masuk kategori geometric adalah Avenir, Futura, dan ITC Bauhaus.
Kategori terakhir dari sans serif adalah humanistic. Seperti namanya, humanistic adalah font yang paling ramah pembaca. Font ini cocok digunakan untuk brand yang ingin memberikan banyak informasi pada desain mereka.
Contoh font jenis humanistic adalah Frutiger, Gill Sans, Mentor Sans.
Script merupakan jenis font ketiga dalam desain grafis. Ciri khas paling mendasar dari font ini adalah kemiripannya dengan tulisan tangan. Jadi, mulai dari kait, lengkung, dan goresan setiap hurufnya didesain persis seperti tulisan tangan.
Karena itu, script cocok untuk brand yang ingin menampilkan kesan romantis, anggun, unik, dan feminin.
Namun, kita perlu hati-hati dalam menggunakan jenis font satu ini. Hal ini disebabkan oleh font jenis script sangat sulit dibaca jika digunakan terlalu sering. Jadi, kita perlu mengatur di mana penulisan yang tepat untuk font jenis script.
Beberapa font yang masuk ke dalam kategori script adalah Brusher, Billabong, Thirsty Script, dan Nexa Script.
Kalau kamu masih ingat dengan font yang muncul di mesin ketik, maka inilah font yang masuk dalam kategori monospace.
Font monospace memiliki ciri khas yaitu huruf melintang dan lebar horizontal yang sama besar. Biasanya, font tipe ini digunakan untuk bahasa pemrograman.
Monospace juga dikenal juga dengan sebutan fixed-pitch, fixed-width atau non-proportional font.
Beberapa jenis font yang masuk kategori monospace adalah Courier New, Consolas, dan Source Code Pro.
Jenis font dalam desain grafis kelima adalah display. Secara khusus, display font dirancang untuk menyampaikan informasi dan perasaan tertentu dengan lebih mudah. Biasanya, font jenis ini digunakan untuk iklan.
Font jenis display ini sangat variatif dan menarik. Makanya, banyak headline dan judul desain memilih untuk menggunakan font jenis display.
Kelemahan dari font ini adalah saat diperkecil, tulisan akan menjadi sulit untuk dibaca. Oleh karena itu, penggunaan font display pada body text kurang direkomendasikan.
Font yang masuk dalam kategori display adalah Broadway, Cooper Black, dan Curlz.
Setelah tau beberapa jenis font dalam desain grafis, kita tentu paham bahwa tau cara memilih font yang tepat itu sangat penting. Selain untuk memudahkan pelanggan membaca teks, font juga akan menampilkan kesan dari brand itu sendiri.