Klien-mu sering minta revisi? Hati-hati barangkali semua ini terjadi karena kita sendiri yang kurang bisa memahami objektif project yang mereka inginkan. Untuk menghindari hal semacam ini, kita butuh apa yang disebut dengan brief desain. Intinya, brief desain itu bertujuan untuk membuat desain clarity agar kita bisa memahami kemauan klien dengan lebih baik.
Brief desain adalah dokumen yang berisi detail penjelasan dari sebuah desain. Umumnya brief desain memuat informasi seputar jangka waktu pengerjaan, ketentuan, ruang lingkup desain, tujuan pembuatan, ada juga yang hingga rincian biaya. Brief desain ini nantinya akan dijadikan acuan dan mempermudah diskusi antara desainer dan klien ketika brainstorming.
Gimana sih cara bikin brief desain?
Membuat brief desain kuncinya adalah “mendengarkan” klien kita. Di Akarmula kita selalu mengutamakan klien dalam penyusunan sebuah brief desain. Apa yang klien minta akan kami dengar dan kami olah menjadi brief desain terlebih dahulu.
Waktu mau bikin brief desain wajib untuk melibatkan klien. Kita perlu mengadakan sesi duduk bareng dulu untuk membicarakan rancangan brief desain yang akan dikerjakan nantinya. Agar semua desain yang dibuat bisa mencapai objektif yang diharapkan.
Dalam sesi duduk bareng, coba fokus untuk lengkapi beberapa kebutuhan berikut:
Pada bagian ini kita perlu mendengar dan memahami apa goals yang diharapkan oleh klien. Kadang ada klien yang kesulitan mengungkapkan apa yang mereka inginkan, nah tugas kitalah untuk menggali lebih dalam tentang harapan klien.
Dengerin dulu aja dia mau apa, sambil kita coba arahkan output seperti apa yang dia maksud. Di sini sisi professional kita diperlukan.
Tidak sedikit klien yang berkenginan terlalu banyak memasukan unsur ke-aku-an di dalam sebuah project. Perlu kita ingat output project ini nanti adalah untuk pelanggannya klien kita, bukan untuk si klien itu sendiri.
Setiap brand tentu memiliki karakteristik audience sendiri-sendiri. Hal ini tentu akan sangat berpengaruh terhadap desain yang akan dibuat.
Fokus utama kita dalam menciptakan sebuah desain adalah berkomunikasi dengan para target audiens. Sehingga perlu detail yang lengkap untuk mengungkap siapa yang akan kita ajak berkomunikasi.
Dalam menentukan target audiens ada beberapa poin yang perlu diperjelas, antara lain tentang demographic, psychographic, socio-economy, dan geography.
Semakin jelas poin maka akan semakin membantu menciptakan brief desain yang ketika diolah, outputnya akan lebih akurat.
Ini nih yang masih sering terjadi. Kadang sebuah brand terlalu berkeinginan untuk “mencontoh” apa yang dibuat kompetitor agar kesuksesan kompetitor nular.
Padahal, seharusnya sebuah brand bisa menciptakan keunikan agar tidak sama dengan kompetitor. Pada tahap ini, diperlukan riset kompetitor lebih dulu. Apa yang sebelumnya mereka lakukan, bagaimana mereka melakukannya, dan bagaimana hasilnya.
Ini penting dilakukan agar cara kita berkomunikasi tidak mirip dengan apa yang pernah dilakukan oleh kompetitor kita.
Terkadang masih banyak desainer yang langsung mengeksekusi desain tanpa ngumpulin resources terlebih dahulu.
Di sinilah pentingnya design research. Design research bertujuan untuk bikin moodboard jadi lebih kaya. Moodboard ini bisa dijadikan alternatif untuk mempermudah diskusi kita dengan klien.
Lebih jauh lagi, moodboard ini juga bisa meminimalisir revisi desain nantinya.
Nah, itu tadi tahapan membuat brief desain. Pastikan semua itu kamu lakukan ya ketika bertemu klien.
Di Akarmula setiap pembuatan desain diawali dengan menciptakan brief yang jelas. Semua demi memudahkan jalannya pembuatan desain dan agar objektif utama dalam setiap project tercapai.