Ibarat kita mau pergi ke luar kota, kalau nggak tau jalan pasti lebih lama sampainya. Belum lagi kalau tersesat di tengah jalan. Bisa-bisa bikin kita frustasi.
Sama saat kita mau melakukan aktivitas marketing, sebaiknya kita harus tau "kota tujuan" (objektif) dan cara untuk mencapainya.
Belakangan ini sering kita dengar marketing influencer ramai sekali diperbincangkan. Strategi marketing yang termasuk dalam salah satu dari tiga channel marketing di The Digital Marketing Trifecta ini dianggap sebagai salah satu strategi marketing yang efektif.
Sayangnya, meskipun sudah banyak yang sadar pentingnya influencer marketing bagi sebuah brand, ternyata masih ada aja nih yang salah menerapkan strategi. Hasilnya, bukannya untung malah buntung.
Biar kita nggak salah jalan, yuk pahami dulu apa itu influencer marketing.
Influencer marketing adalah salah satu metode marketing yang melibatkan para public figure, influencer, maupun KOL dengan tujuan meningkatkan brand awareness maupun penjualan produk.
Kamu pasti udah nggak asing lagi dong sama istilah endorsement? Ini merupakan bentuk dan contoh dari aktivitas influencer marketing.
Influencer marketing ini memang sangat efektif dan menjanjikan bagi sebuah brand. Ketika kita bekerja sama dengan influencer tertentu, maka secara tidak langsung kita juga memperluas jangkauan audiens brand kita.
Followers yang melihat post si influencer juga akan berpotensi menjadi pelanggan loyal bagi brand kita.
Sudah banyak brand yang menggunakan metode marketing satu ini. Mulai dari brand lokal maupun internasional. Biasanya, mereka akan bekerja sama dengan para influencer yang sedang naik daun. Momen popularitas si influencer ini dimanfaatkan untuk menjangkau pelanggan brand lebih luas lagi.
Influencer marketing masuk ke dalam salah satu channel di The Digital Marketing Trifecta. Yuk kita coba tengok lebih dekat lagi.
Channel marketing di dalam digital marketing trifecta dibagi menjadi 3 bagian yaitu Owned, Paid, dan Earned.
Owned Channel ini ibaratnya kayak rumah kita sendiri. Rumah itu bisa berupa website, list email, dan halaman media sosial. Kalau kita nggak undang orang atau bagikan alamat rumah kita ke orang lain, mereka nggak akan mampir ke sini. Paling yang bakal sering mampir cuma teman atau keluarga. Makanya kita butuh disupport sama channel selanjutnya.
Paid Channel mudahnya adalah segala bentuk aktivitas kita untuk mendatangkan tamu ke rumah kita dan siapa saja tamu yang boleh berkunjung. Namanya "paid" berarti kita perlu bayar untuk mendatangkan tamu-tamu tadi. Influencer marketing ada di sini.
Sedangkan untuk Earned Channel adalah jalur untuk tamu yang datang secara sukarela ke rumah kita. Contohnya, orang yang mention kita di social media akan berpotensi mendatangkan orang (tamu) baru. Orang-orang yang review di Google dan review dari influencer yang tidak berbayar juga masuk ke channel ini.
Ketiga channel ini tidak bisa dilakukan satu saja dan mengabaikan dua lainnya. Karena seperti yang kita tahu, prinsip marketing itu harus memaksimalkan seluruh resources yang ada untuk menyerang satu titik tertentu agar bisa memikat hati pelanggan.
Seperti dikatakan di awal tadi, bahwa influencer marketing ini sebaiknya digunakan dengan maksimal. Tapi nggak sedikit loh brand yang salah strategi dan akhirnya hanya buang-buang budget tanpa hasil yang signifikan.
Kasus yang sering terjadi biasanya para pemilik brand ini asal memilih influencer berdasarkan popularitasnya saat itu. Padahal tidak semua influencer bisa cocok dengan karakter brand kita.
Kesalahan kedua yang sering pula terjadi adalah pemilik brand yang hanya menganggap keberhasilan promosi influencer hanya dilihat dari tingginya angka penjualan produk.
Padahal, setiap influencer punya ciri khas dan cara meng-influence yang berbeda. Selain keberhasilan penjualan, ada juga engagement social media hingga brand awareness yang nggak boleh diabaikan.
Mengatasi hal ini, ada beberapa solusi-solusi tertentu special untuk kamu yang mau coba influencer marketing. Simak ulasannya di bawah ini.
Seperti yang sudah sempat kita bahas di awal tadi. Sebaiknya jangan kemana-mana kalau kamu belum tau tujuannya.
Tujuan marketing bukan selalu tentang konversi penjualan. Konversi penjualan hanya merupakan dampak dari aktivitas marketing yang terstruktur dan jelas. Biasanya, penjualan baru akan terjadi setelah melewati beberapa aktivitas marketing.
Baca juga: Branding – Marketing – Sales. Apa Bedanya? Apa Kaitannya?
Kalau ada penjualan, disyukuri. Kalau belum ada? Coba cek lagi jangan-jangan kamu sendiri masih bingung dengan tujuan marketingmu.
Kalau milih teman ngobrol, pasti kita lebih suka sama yang sefrekuensi biar topiknya nyambung. Begitu juga dengan memilih influencer, kita perlu pastikan kalau karakter influencer sejalan dengan value brand kita.
Cara menentukan influencer mana yang sesuai dengan brand kita sebenarnya cukup mudah. Kita bisa lihat dari karakter post, usia, dan kehidupan sosial si influencer ini. Selain itu, coba lihat karakter audiens si influencer dari kolom komentar.
Karakter audiens si influencer ini juga berpengaruh terhadap respon yang akan kita terima jika bekerja sama dengan influencer tersebut.
Ketika kita memilih influencer yang autentik, besar kemungkinan mereka akan lebih engage dengan audiencenya. Interaksi yang terbangun akan lebih alami dan interaktif.
Sebenarnya, terasa kok perbedaan influencer yang poles sana-sini, sama yang beneran asli. Tinggal bagaimana kita mau mencari tahu dan lebih “peka” aja.
Hal yang sering terjadi nih, para owner brand memilih influencer berdasarkan popularitas. Padahal, semakin besar influencer budget yang harus dikeluarkan juga semakin besar. Masalahnya nih, budget kita belum tentu balik modal kalau milih influencernya asal-asalan.
Pemilihan influencer itu juga perlu disesuaikan dengan tujuan kita. Kalau mau kejar awareness, influencer besar efektif.
Tapi kalau berharap ada secuil konversi penjualan yang terjadi, gak ada salahnya untuk pakai influencer mikro.
Semua kembali ke tujuan awal kita pakai influencer marketing untuk apa.
That’s it! Seperti yang sudah kamu baca tadi, untuk kamu yang mau coba influencer marketing, sebaiknya tetap dibarengi dengan aktivasi dari channel lainnya (owned dan earned). Karena hanya dengan itu lah brandmu bisa menjangkau audiens dan mencapai tujuan utama marketingmu dengan lebih baik lagi.