Sama seperti rumah, ketika membuat konten, baik untuk media sosial atau channel pemasaran lainnya, kamu akan butuh yang namanya content pillars. Content pillars ini akan kamu gunakan sebagai landasan utama terkait apa yang ingin kamu atau bisnismu sampaikan melalui konten.
Key Takeaways
Pernahkah kamu merasa stuck ketika membuat konten untuk bisnismu?
Terutama jika kamu telah melakukannya untuk waktu yang cukup lama. Pada satu titik mungkin kamu mulai merasa bingung tentang apalagi yang harus kamu sampaikan untuk audience-mu.
Seperti yang kita sering dengar, kesuksesan online presence sebuah bisnis terutama di media sosial adalah konsistensi. Namun, bagaimana sebenarnya cara agar bisnismu bisa menjaga konsistensinya dalam upload konten?
Kamu akan butuh yang namanya content pillars. Sebenarnya, content pillars harusnya dibuat pada saat awal sebelum launching product-mu, agar online presence yang kamu sajikan di media digital bisa menjadi media branding yang bisa membantu bisnis kamu untuk muncul ke permukaan.
Tapi, jika saat ini bisnismu sudah berjalan, tidak ada kata terlambat untuk memulai “merapikan” konten bisnismu, salah satunya adalah dengan menyusun sebuah content pillars.
Melalui artikel ini, Akarmula telah mencoba merangkum segala hal yang berkaitan dengan content pillars. Segala informasi pada artikel ini didasarkan pada berbagai sumber dan juga pengalaman yang telah Akarmula lalui selama handle client.
Jadi, kalau kamu ingin memulai perjalanan produksi konten untuk bisnismu dengan lebih mudah, silakan baca artikel ini hingga selesai!
Setelah membaca informasi awal di atas, apakah kamu sudah bisa menyimpulkan apa itu sebenarnya content pillars?
Menurut Neil Patel, content pillars adalah sebuah strategi pembuatan konten yang terdiri atas konten utama yang sangat mendalam dan informatif tentang topik utama yang relevan dengan bisnis atau blog kamu.
Secara singkat, content pillars bisa disebut sebagai landasan utama dalam penentuan topik apa yang akan kamu sampaikan melalui konten kamu.
Selayaknya rumah, memiliki landasan yang kuat tentu saja menjadi faktor yang penting agar tujuan pembuatan kontenmu bisa membantu pengembangan bisnismu juga.
Jawaban singkatnya adalah sebagai landasan.
Kita gunakan lagi analogi rumah, ketika sebuah rumah tidak memiliki sebuah landasan yang kuat, apa yang akan terjadi?
Ya, benar. Roboh.
Sama halnya dengan bisnimu, tanpa landasan yang kuat dalam pembuatan konten, konten-konten yang kamu buat, kamu upload, dan mungkin kamu bayar karena menggunakan jasa agency tidak akan ada gunanya jika “landasan-landasan” itu tidak dibangun untuk menguatkan “rumah” yang tidak lain adalah bisnismu.
Secara detail, berikut ini adalah alasan-alasan yang mewajibkan kamu untuk menggunakan content pillars untuk bisnismu.
Tahu apa yang paling sulit di era banjir informasi seperti sekarang?
Menjadi berbeda.
Bahkan brand sebesar Apple menggunakan campaign “Think Different” yang mengisyaratkan bahwa brand mereka menawarkan segala sesuatu yang belum pernah kamu rasakan terutama di bidang teknologi.
Jika campaign “Think Different” yang dibuat pada tahun 1997 saja sudah mengharuskan brand untuk menjadi “beda” ketika orang belum terlalu mudah untuk membandingkan satu brand dengan yang lain.
Bagaimana dengan zaman sekarang saat informasi sudah begitu mudah diakses oleh hampir seluruh lapisan masyarakat dunia?
Kebutuhan akan jadi beda makin kuat. Maka dari itu, proses branding produkmu yang sudah hampir pasti bukan lagi produk baru harus dimulai dengan sajian informasi yang berbeda melalui penysunan content pillars yang baik.
Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, content pillars adalah konten utama yang bisa kamu gunakan sebagai landasan pengembangan dalam pembuatan konten di bisnismu.
Hal ini akan memudahkan kamu untuk menemukan ide baru setiap harinya dalam waktu yang lama.
Bagaimana bisa?
Bayangkan seperti ini, jika kamu diberi kertas kosong dan diminta untuk menulis sesuatu, kamu mungkin membutuhkan waktu sekitar 10 detik sebelum menuliskan kata pertamamu. Bandingkan dengan jika pada kertas kosong itu telah tertulis “nama buah”, tidak sampai sedetik kamu sudah bisa menuliskan satu nama buah pada kertas tersebut.
Sama dengan analogi di atas, memiliki “batasan” terkadang membuat kamu jadi lebih kreatif dan lebih mudah dalam proses berfikir.
Get the point?
Ketika bicara soal bisnis, apa saja yang perlu kamu riset?
Produk dan konsumen.
Bahkan mungkin channel pemasaran jadi salah satu jawabanmu juga.
Sama dengan jawaban di atas, agar pembuatan konten bisa “berhasil”, kamu perlu menerapkan riset ketiga aspek tersebut.
Nah, adanya content pillars akan “memaksa” kamu untuk melakukan riset tersebut karena mau tidak mau kamu harus punya pemahaman yang mendalam tentang tiga aspek di atas untuk membuat konten.
Well, kalau dilihat sisi positifnya, melatih diri untuk terbiasa melakukan riset tentu akan bermanfaat bagi kamu atau pengembangan bisnismu.
Jujur saja, terkait sub bab ini, ada begitu banyak referensi yang menjelaskan tentang jenis-jenis content pillar.
Tapi, Akarmula percaya jika harus digolongkan berdasarkan jenisnya, content pillars terbagi dalam 4 jenis yaitu, promotional, informational, conversational, dan entertainment.
Berikut ini adalah penjelasan tentang masing-masing jenis content pillars di atas:
Mari kembali pada tujuan awal pembuatan konten.
Bukankah membuat konten di media apa pun untuk bisnismu tujuannya adalah untuk mempromosikan bisnismu?
Entah untuk tujuan mendapatkan sales, memperkenalkan produk dan bisnis, atau untuk proses branding. Konten yang mempromosikan bisnismu harus tetap ada.
Promotional content tidak terbatas pada hard sell content, soft selling, bahkan story telling yang menyiratkan produkmu tetap masuk pada promotional content.
Jadi, jangan anti untuk memasukkan promotional content pada content plan-mu.
Untuk jenis ini, mungkin tidak perlu terlalu banyak dijelaskan. Jika kamu adalah seorang pemilik bisnis, membuat konten yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan tambahan untuk audience tentunya yang berhubungan dengan bisnismu adalah sebuah kewajiban.
Secara harfiah, media sosial adalah tempat orang untuk bersosialisasi secara online.
Media sosial bukanlah tempat untuk jual beli pada awalnya, jadi jangan sampai bisnismu menghilangkan esensi ini pada akun media sosial bisnis.
Kamu harus aktif membangun komunikasi dua arah dengan audience agar kamu tahu apa yang perlu diperbaiki dari service dan produk yang diterima oleh konsumen.
Selain itu, conversational content bisa kamu jadikan sebagai media untuk “ngobrol” agar audience makin kenal dengan bisnismu.
Menurut data WeAreSocial, salah satu alasan orang menggunakan media sosial adalah untuk mencari hiburan.
Sebagai sebuah brand, kita tidak mungkin mengabaikan kenyataan ini tanpa menyediakan konten yang sifatnya menghibur untuk audience kita. Dengan memiliki konten hiburan, kesempatan akun kita untuk tumbuh secara organik akan semakin besar.
Setelah membaca informasi-informasi di atas, Akarmula yakin kamu sudah mendapat gambaran tentang bagaimana content pillars itu dibuat.
Namun, sebagai rangkuman singkat, ini yang harus kamu lakukan untuk membuat content pilars:
Terkait proporsi, tidak ada angka saklek yang harus kamu ikuti. Jika kamu ingin fokus ke awareness, maka entertainment bisa kamu berikan porsi lebih besar.
Jika ingin fokus ke engagement, educational content dan conversational content sebaiknya kamu berikan porsi yang lebih besar.
Semoga artikel ini bisa memberikan pandangan yang lebih luas terkait pemahmanmu tentang content pillars.
Jika kamu masih memiliki banyak pertanyaan terkait content pillars, jadwalkan diskusi GRATIS bersama Akarmula melalui 60 Minutes About Your Brand.