fbpx

Membangun Brand Resonance—Brand yang Ngga Cuma Relate

February 14, 2025

Sebagus apa pun distribusi produk kamu, jika pelanggan nggak memahami mengapa mereka harus membelinya, brand kamu terancam tenggelam di tengah keramaian pasar. Agar brand bertahan dan dicintai, pelanggan harus merasakan keterikatan yang kuat dengan brand tersebut. Konsep ini dikenal sebagai brand resonance, yaitu ketika pelanggan tidak hanya mengingat brand, tetapi juga menjadikannya bagian dari identitas mereka.

3 Poin Penting Membangun Brand Resonance

3 poin ini diadaptasi dari Donald Miller dalam bukunya Building a StoryBrand. Very practical & sangat masuk akal.

1. Be Clear About Who You Are and What You Do

Pada tahap awal, pelanggan harus memahami siapa kamu dan bagaimana kamu membantu mereka. Ini adalah fondasi dari seberapa mudah brand diingat” dalam kategori yang relevan.

Namun, sekadar diingat saja tidak cukup. Brand perlu membantu pelanggan memahami mengapa ia penting dalam kehidupan mereka. Kalau ridak, brand bisa gagal di tahap ini kalau terlalu fokus pada fitur, bukan manfaat nyata. Brand mungkin bisa ngomongin teknologi canggih, tetapi kalau lupa jelasin bagaimana itu memudahkan atau memperkaya hidup pelanggan, bakal sayang banget. Akibatnya, pesan brand menjadi terlalu teknis dan gagal menarik perhatian.

Jika pelanggan tidak memahami peran brand dalam hidup mereka, tidak akan ada hubungan emosional. Brand harus menawarkan makna yang relevan agar bisa bergerak dari sekadar diingat menjadi dianggap berharga.

Ada 2 simple tips dalam hal ini:

  • Gunakan pesan yang simpel, langsung, dan relevan dengan kebutuhan pelanggan.
  • Fokus pada manfaat, bukan sekadar fitur.
  • Bangun positioning yang jelas: Brand ini membantu mereka dalam hal apa?
2. Invite Your Customers to be the Hero of the Story

Menurut Donald Miller, otak manusia secara alami hanya memperhatikan informasi yang relevan untuk bertahan hidup dan berkembang. Jika brand kamu tidak memberikan sesuatu yang bermanfaat atau memecahkan masalah nyata, pelanggan akan dengan mudah mengabaikannya.

Pelanggan tidak ingin brand yang hanya bicara tentang dirinya sendiri. Mereka ingin merasakan hubungan yang lebih dalam—dan ini hanya bisa terjadi jika brand memosisikan pelanggan sebagai the hero, bukan sekadar penonton.

Ketika pelanggan merasa menjadi bagian dari narasi brand, mereka akan lebih terikat secara emosional. Mereka bukan hanya pembeli, tetapi merasa dikenali, dihargai, dan punya peran dalam perjalanan brand.

Emosi adalah bahan bakar dari brand resonance. Hubungan yang erat akan terjadi ketika pelanggan merasa bahwa brand memahami dan mewakili mereka. Brand yang berhasil di tahap ini sering memiliki komunitas pelanggan yang loyal, yang secara aktif berbagi pengalaman mereka.

3. CTA & Customer’s Needs Harus Ketemu

Brand resonance yang kuat ngga cuma berhenti di keterikatan emosional, tetapi juga mendorong keterlibatan aktif. Pelanggan tidak hanya merasa terhubung, tetapi juga tergerak untuk berinteraksi, merekomendasikan, dan membeli kembali.

Hati-hati, brand bisa jadi gagal di tahap ini karena mereka memberikan call-to-action (CTA) yang tidak relevan dengan kebutuhan pelanggan. CTA yang efektif harus selaras dengan perjalanan pelanggan—memberikan dorongan yang tepat di waktu yang tepat.

Ketika CTA dikemas dengan baik, pelanggan merasa bahwa brand mengerti kebutuhan mereka secara mendalam.

Beberapa simple tips ini mungkin akan berguna:

  • Sesuaikan CTA dengan tahap customer journey (awareness, interest, desire, & action).
  • Gunakan pesan yang lebih dari sekadar “Beli Sekarang” → buat pelanggan merasa bahwa mereka membuat keputusan yang bermakna.
  • Berikan insentif bagi pelanggan yang berinteraksi secara aktif, misalnya melalui program loyalitas atau komunitas eksklusif.

Hierarchy of Needs—Kenal Lebih Dalam Kebutuhan Pelanggan

Brand resonance tidak bisa dibangun tanpa memahami apa yang sebenarnya dibutuhkan pelanggan. Brand bisa terancam gagal bukan karena produk mereka buruk, tetapi karena mereka tidak memahami di mana posisi pelanggan dalam hirarki kebutuhan mereka.

Abraham Maslow dalam teorinya tentang Hierarchy of Needs menjelaskan bahwa manusia memiliki lima tingkat kebutuhan utama:

1. Physiological Needs

Lapisan paling mendasar dalam hierarki Maslow—kebutuhan yang berhubungan dengan makan, minum, udara, tidur, kesehatan fisik.

Gunakan strategi ini:

  • Tekankan message tentang kebutuhan kehidupan dan kesejahteraan dasar.
  • Fokus pada kesederhanaan, aksesibilitas, dan kemudahan.
  • Pastikan pelanggan memahami bahwa brand adalah bagian dari kehidupan mereka sehari-hari.
2. Safety Needs

Setelah kebutuhan dasar terpenuhi, pelanggan mulai mencari rasa aman—baik secara fisik, finansial, maupun emosional.

Strateginya:

  • Tekankan message yang menonjolkan keamanan, kepercayaan, dan perlindungan.
  • Bangun credibility dengan sertifikasi, testimoni, dan bukti sosial.
  • Ciptakan pengalaman yang membuat pelanggan merasa aman saat menggunakan produk.
3. Love & Belonging Needs

Manusia adalah makhluk sosial, mereka akan mencari hubungan, komunitas, dan rasa memiliki

Gunakan:

  • Storytelling yang berorientasi komunitas.
  • Buat mereka merasa menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar.
  • Fasilitasi interaksi sosial melalui event, campaign interaktif, dan user-generated content.
4. Esteem Needs

Di tingkat kebutuhan ini, pelanggan ingin merasa dihargai, diakui, dan memiliki status sosial tertentu.

Coba gunakan:

  • Komunikasi yang berfokus pada keunikan, kualitas premium, dan eksklusivitas.
  • Ciptakan produk dengan positioning “beyond functional value”.
  • Manfaatkan endorsement dari figur publik atau komunitas eksklusif.
5. Self-Actualization

Puncak dari hierarki kebutuhan adalah aktualisasi diri—di mana pelanggan tidak hanya mencari produk, tetapi ingin mencapai potensi tertinggi mereka.

Coba lakukan:

  • Komunikasi yang inspiratif dan aspiratif.
  • Jadikan brand sebagai fasilitator pertumbuhan pelanggan.
  • Berikan platform bagi pelanggan untuk mengekspresikan jati diri mereka.

Kesimpulan

Pelanggan adalah manusia. Untuk resonate dengan mereka, brand perlu menawarkan yang relevan dengan kebutuhan. Pahami kebutuhan pelanggan, gunakan cerita untuk menyampaikan pesan, dan bangun koneksi yang emosional dengan mereka. Dengan pendekatan ini, kamu tidak hanya akan diingat, tetapi juga memenangkan resonate dengan mereka.

Ingat, pelanggan tidak akan membeli hanya karena kamu memberi tahu mereka sesuatu. Mereka membeli karena kamu memberi mereka sesuatu yang berarti.

Ngobrol bareng brand strategist Akarmula di 60 Minutes About Your Brand biar dapet insight tentang apa yang harus kamu lakukan untuk brand yang sedang kamu bangun!

More Insights

All Right Reserved © 2025 Akarmula
arrow-down
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram