Pernah nggak sih kamu lihat satu kesalahan kecil dari sebuah brand langsung bikin reputasi mereka hancur? Nah, fenomena tadi biasa disebut Negative Halo Effect dalam brand. Ini adalah fenomena di mana satu aspek negatif dari brand bisa bikin orang menilai seluruh brand jadi jelek.
Kalau hal ini terjadi, bukan cuma satu produk atau layanan aja yang kena dampaknya, tapi seluruh brand bisa kehilangan kepercayaan pelanggan. Yuk, kita bahas lebih dalam tentang negative halo effect, dampaknya, dan cara menghindarinya!
Key Takeaways:
Sederhananya, Negative Halo Effect dalam brand adalah kondisi ketika persepsi negatif terhadap satu aspek dari brand kamu menjalar dan memengaruhi penilaian konsumen terhadap aspek-aspek lainnya.
Bayangkan begini: kamu punya sebuah restoran yang makanannya enak banget, tapi sayangnya, pelayanan di restoran kamu kurang ramah. Pengalaman buruk dengan pelayanan tersebut bisa membuat pelanggan jadi berpikir dua kali untuk kembali, bahkan meskipun mereka mengakui rasa makananmu lezat.
Begitulah negative halo effect bekerja. Satu pengalaman negatif menciptakan "noda" yang menutupi semua hal positif yang udah kamu bangun.
Brand kamu mungkin sudah punya strategi branding & marketing yang kuat, tapi jangan sampai kecolongan sama negative halo effect. Sekali ada isu negatif, dampaknya bisa meluas ke seluruh brand, bukan cuma ke satu produk aja.
Saat satu masalah muncul, konsumen cenderung langsung menganggap brand itu punya banyak kekurangan. Padahal, mungkin cuma satu produk yang bermasalah. Lalu, apa saja dampak yang bisa terjadi? Mari kita bahas!
Sekarang, kita bakal bahas contoh kasus negative halo effect dalam brand yang pernah dialami sebuah brand makanan instant ini dan akhirnya viral.
Salah satu kasus yang cukup ramai diperbincangkan adalah yang dialami oleh Mie Sedaap pada tahun 2022. Beberapa varian produk Mie Sedaap ditarik dari pasaran di Singapura dan Hong Kong karena mengandung etilen oksida (EtO), zat yang dianggap berbahaya.
Meskipun BPOM Indonesia sudah memastikan bahwa produk yang beredar di dalam negeri aman, tetap aja banyak konsumen yang panik dan mulai mempertanyakan keamanan produk secara keseluruhan.
Mencegah negative halo effect itu lebih baik daripada mengobati. Berikut beberapa langkah yang bisa kamu lakukan:
Di tahap awareness, krusial banget untuk bikin first impression yang powerful. Karena interaksi pertama pelanggan sama brand kita itu nentuin banget persepsi mereka selanjutnya. Ibaratnya, ini adalah momen 'kenalan' yang menentukan pondasi persepsi mereka ke depan. Kalau kamu ada waktu baca lebih dalam soal primacy effect, deh!
Jangan hanya fokus pada satu aspek saja. Pastikan semua touchpoint pelanggan dengan brand kamu memberikan pengalaman positif. Mulai dari kualitas produk, pelayanan pelanggan, proses pembelian, hingga after-sales service.
Intinya, bagaimana cara biar orang lihat brand kamu tuh punya 'karakter' yang kuat dan bikin orang nempel terus kayak lem. Kalau brand personality udah oke, orang bakal punya persepsi positif sama brand kamu. Nah, kalau loyalty udah dapet, mereka bukan cuma beli sekali, tapi bakal balik lagi, lagi, dan lagi, bahkan jadi 'brand advocate' yang promosiin brand kamu ke orang lain.
Gunakan social listening tools untuk memantau percakapan online tentang brand kamu. Segera tanggapi ulasan atau komentar negatif dengan bijak dan profesional. Jadikan kritik sebagai bahan evaluasi untuk perbaikan.
Jika terjadi kesalahan atau masalah, jangan ditutupi. Akui kesalahan, minta maaf, dan jelaskan langkah-langkah perbaikan yang akan kamu lakukan. Transparansi dan kejujuran akan membangun kepercayaan konsumen.
Negative halo effect adalah ancaman nyata bagi brand kamu. Jangan pernah menganggap remeh efek negatif ini. Makanya, penting banget buat kita sebagai brand untuk selalu memastikan brand image dalam kondisi yang bagus.
Media sosial mungkin jadi medan perang image yang paling seru, tapi kamu juga harus aware sama pengalaman pelanggan. Dan pastikan lakukan komunikasi yang transparan dan jujur.