Sebagai seorang desainer grafis, memilih font menjadi salah satu rutinitas untuk menunjang hasil desain. Salah satu font yang sudah pasti sering digunakan oleh para desainer grafis adalah Helvetica. Saking seringnya dipakai, pasti banyak desainer grafis yang bosen sama font ini sampai cari alternatif font mirip Helvetica.
Key Takeaways
Font Helvetica ini dikenal sebagai font yang netral, clean, dan versatile, sehingga cocok diterapkan ke dalam berbagai jenis desain yang Ada. Nggak jarang, font Helvetica ini dipakai oleh banyak brand, mulai dari Microsoft, BMW, Panasonic, Target, sampai pemerintah Amerika Serikat dan Uni Eropa.
Saking versatilenya, banyak nih orang yang bosen sama font Helvetica, bahkan sering dibilang overused sampai gampang dideteksi. Di artikel ini, Akarmula bakal ngasih rekomendasi font mirip Helvetica yang sama-sama clean, netral, dan versatile yang bisa kamu gunakan. Baca artikel ini sampai habis!
Helvetica merupakan font yang awalnya dikenal sebagai Neue Haas Grotesk dan didesain pada tahun 1957 oleh Max Miedinger dan Eduard Hoffmann di Basel, Swiss. Font ini awalnya diciptakan untuk membuat typeface netral yang jelas, tidak memiliki makna intrinsik dalam bentuknya, dan dapat digunakan di manapun.
Di tahun 1960an, Neue Haas Grotesk dilisensikan oleh Linotype dan dinamai sebagai Helvetica yang diambil dari nama Helvetia, nama latin dari Swiss, untuk menghormati negara yang dianggap sebagai pusat desain grafis pada saat itu.
Bentuknya yang simpel, netral, dan mudah digunakan, membuat Helvetica dipercaya menjadi font yang digunakan oleh banyak perusahaan karena bentuknya yang jelas dan cenderung sama sehingga mudah diaplikasikan.
Selanjutnya, Akarmula bakal ngasih rekomendasi alternatif font mirip Helvetica bagi kamu yang bosen dengan font ini. Font-font ini tentunya punya typeface yang netral, clean, dan versatile juga. Apa saja rekomendasinya? Yuk disimak!
Font pertama rekomendasi Akarmula adalah Open Sans. Open Sans ini font sans serif yang gratis dan open source yang didesain dengan tegas, terbuka, tetapi tetap netral dan terkesan friendly.
Font ini didesain oleh Steve Matteson dan sudah dioptimalkan untuk kebutuhan cetak, web, hingga untuk tampilan di layar kecil seperti smartphone. Oleh karena itu, font ini memiliki tingkat keterbacaan yang baik bahkan saat ukuran font-nya dikecilkan.
Apakah Open Sans punya banyak karakter? Tenang saja, Open Sans memiliki sekitar 897 set karakter yang mencakup latin, Yunani, dan karakter Sirilik, serta telah tersedia sebagai keluarga font variabel.
Oh iya, tadi Akarmula bilang font ini gratis kan? Font ini (dan font gratis lainnya) tentunya bisa kamu dapatkan di situs Google Font sehingga bisa kamu gunakan juga di Google Docs nantinya
Font selanjutnya yang Akarmula rekomendasikan adalah font Inter yang didesain oleh Rasmus Andersson. Inter ini juga termasuk font yang gratis dan open source, pasti nggak bakal bikin kantong desainer bolong.
Inter merupakan variable font yang didesain untuk layar dengan ukuran yang membantu keterbacaan teks huruf besar dan huruf kecil. Nggak hanya itu, jenis font ini juga memiliki beberapa fitur OpenType, seperti nomor tabel, alternatif kontekstual yang menyesuaikan tanda baca di sekitarnya, ditambah dengan bentuk angka nol yang terpotong agar lebih mudah membedakan antara “0” dengan huruf “O”.
Setelah di awal tadi kita bahas dua font yang yang gratis dan open source, sekartang kita bahas yang berbayar nih. Salah satunya adalah Stag Sans.
Stag Sans merupakan font yang didesain oleh Panos Haratzopoulos, Ilya Ruderman, dan Christian Schwartz, serta dipublikasikan oleh Commercial Type. Font Stag sendiri merupakan typeface superfamily yang berasal dari Slab Serif.
Font Sans Serif ini biasanya cocok untuk media cetak karena dapat menangkap perhatian pembaca, tetapi tidak mengganggu dan cenderung seimbang. Keseimbangan antar bentuk huruf ini membuatnya tegas tetapi tetap versatile.
Font keempat yang Akarmula rekomendasikan adalak Work Sans. Font ini didesain berdasarkan pada Grotesque awal dan disederhanakan serta dioptimalkan untuk kebutuhan membaca di layar sehingga dapat menyesuaikan resolusi layar. Hal ini bikin diakritik dalam huruf ditampilkan lebih besar di layar dibandingkan di dalam cetakan.
Selain itu, font huruf ini memiliki bobot besaran yang dapat dioptimalkan sesuai ukuran layar. Ditambah, font yang dioptimalkan untuk aplikasi desktop juga tersedia di GitHub.
Oh iya, font yang didesain oleh Wei Huang ini gratis dan open source sehingga kamu bisa mengunduhnya secara gratis di Google Font.
Rekomendasi font selanjutnya adalah font Akzidenz-Grotesk yang didesain oleh H. Berthold. Umur font ini ternyata cukup tua loh, pertama kali didesain dan dipublikasikan di tahun 1898 yang terinspirasi dari Royal Grotesk Light.
Fakta lainnya, Akzidenz-Grotesk ternyata juga menjadi salah satu font yang menginspirasi didesainnya font Helvetica itu sendiri. Kebayang kan simpel dan versatilenya seperti apa?
Desainnya yang simpel bahkan membuat font tersebut memengaruhi skena desain font di Swiss karena memberikan kebebasan bagi para desainer untuk memadukan desain dengan teks.
Namun, font ini termasuk ke dalam salah satu font yang berbayar agar bisa mendapatkan lisensi komersialnya.
Selanjutnya, Akarmula bakal merekomendasikan font Avenir sebagai alternatif font mirip Helvetica. Didesain oleh Adrian Frutiger di tahun 1987, font ini merupakan typeface sans-serif geometris yang terkenal netral.
Avenir ini didesain dengan interpretasi yang lebih organik dari gaya geometris, lebih merata, dan cocok untuk digunakan dalam teks yang panjang. Namun, Avenir sendiri tidak sepenuhnya geometris karena memiliki goresan vertikal yang lebih tebal dibandingkan horizontal, huruf “o” yang tidak berbentuk lingkaran sempurna, serta garis-garis naik yang diperpendek.
Font ini termasuk ke dalam salah satu font yang berbayar agar bisa mendapatkan lisensi komersialnya.
Alternatif font mirip Helvetica selanjutnya adalah Arimo. Termasuk kedalam keluarga TrueType font, Arimo cocok digunakan di manapun dan diterapkan di berbagai ukuran.
Font ini didesain oleh Steve Matteson sebagai font sans-serif yang lebih fresh dan cocok dengan konsep seperti font Arial. Hal ini karena Arimo menawarkan keterbacaan yang baik dan set karakter yang bakal dengan mudah dimanfaatkan oleh banyak orang secara lebih leluasa di segala platforms.
Kalau kamu pernah ke London atau sering ngelihat papan nama jalan di London yang lumayan banyak bertebaran di internet, pasti kamu menganggapnya papan nama jalan tersebut cukup simpel dan ikonik.
Ternyata, papan nama jalan tersebut kebanyakan menggunakan font Univers yang didesain oleh Adrian Frutiger. Font yang didesain pada tahun 1957 ini lumayan banyak variasinya dan bisa kamu gunakan sebagai alternatif pengganti font Helvetica.
Font ini tentunya memiliki tingkat keterbacaan yang baik dan mudah dipadukan dan versatil diterapkan di manapun. Ditambah, penggunaan font ini juga dapat memunculkan kesan yang tegas dan clean. Ini yang bikin font ini terlihat rasional tetapi juga tetap keren.
Proxima Nova bisa Kamu jadikan font alternatif Helvetica selanjutnya nih. Font ini mengombinasikan proporsi modern dengan tampilan geometris yang bikin Proxima Nova ada di antara font seperti Futura dan Akzidenz-Gotesk.
Font ini termasuk font berbayar yang cukup populer dan digunakan oleh berbagai website di seluruh dunia. Hal ini karena Proxima Nova hadir dalam berbagai varian ukuran dan gaya font yang dapat dikombinasikan dengan berbagai font lainnya.
Itu tadi 9 rekomendasi font mirip Helvetica pilihan tim Akarmula. Dengan rekomendasi ini, akhirnya Kamu nggak bakalan kehabisan ide lagi pilih font lain yang versatil dan cocok selain Helvetica.
Question to Consider