Golden ratio, mau desainer, arsitektur, seniman, sampai fotografer, semuanya pasti familiar dengan istilah yang satu ini. Istilah golden ratio sering dianggap sebagai bentuk kesempurnaan untuk suatu mahakarya berbentuk desain maupun visual. Namun, apakah perlu golden ratio?
Key Takeaways
Ada yang bilang butuh, ada yang bilang golden ratio itu penting banget, bahkan ada yang bilang golden ratio itu sampah dan nggak usah dipakai sama sekali.
Buat para pro golden ratio, pasti bakal menyangkut pautkan dengan lukisan dari seniman-seniman ternama atau Piramida Giza. Sedangkan, yang kontra dengan golden ratio bakal kekeuh kalau nggak ada penelitian valid soal keabsahan golden ratio.
Jadi, mana yang benar? Di artikel ini kita bakal bahas lebih lanjut tentang golden ratio dan cari tahu apakah perlu golden ratio untuk segala desain. Jadi, baca artikel ini sampai selesai!
Definisi golden ratio yang sering kita dengar itu adalah saat dua objek memiliki perbandingan yang sama dengan perbandingan dari jumlah keduanya terhadap jumlah yang lebih besar dari keduanya. Nilainya biasanya 1.6180, atau phi.
Definisi ini muncul pertama kali dalam Euclid’s Element yang udah berumur lebih dari 2300 tahun. Penerapan golden ratio yang paling terkenal itu adalah golden rectangle, yang bisa dibagi menjadi persegi sempurna dan persegi panjang yang lebih kecil, dengan rasio aspek yang sama dengan persegi panjang yang dipotong.
Dalam dunia desain sendiri, golden ratio sering digunakan pada desain untuk menciptakan harmoni dan proporsi yang sempurna. Nantinya jika diterapkan, bakal muncul keindahan yang natural dari desain tersebut dan proporsional bagi manusia.
Jadinya, golden ratio sering dianggap bisa bikin suatu desain jadi lebih seimbang dengan layout, tipografi, hingga visual yang saling selaras satu dengan yang lainnya. Makanya banyak desainer atau seniman yang berpatokan pada golden ratio.
Anggapan kalau golden ratio ini dianggap sempurna dalam estetika desain ini pertama kali muncul dalam buku De Divina Proportione yang ditulis Luca Pacioli di tahun 1509. Judul buku ini diambil dari golden ratio, tetapi bukunya sendiri justru nggak berargumen soal golden ratio sebagai patokan estetika.
Kemudian di tahun 1799, Mario Livio menulis buku tentang golden ratio. Penulis satu ini justru ngeklaim kalau rahasia yang bikin lukisan Leonardo Da Vinci bagus banget itu karena golden ratio. Ini karena Da Vinci bikin ilustrasi pakai konsep dari De Divina Proportione, buku yang ditulis sama Luca Pacioli.
Makin lanjut lagi, Psikolog asal Jerman, Adolf Zeising, berpendapat nih kalau golden ratio itu hukum universal yang menggambarkan keindahan dan kesempurnaan di alam dan seni yang menyerap cita-cita spiritual yang paling penting.
Dari sini, golden ratio dianggap penting dalam desain seni maupun arsitektur. Hal ini karena saat setiap elemen dalam suatu desain diatur berdasarkan golden ratio, mereka dapat menciptakan keseimbangan dan harmoni dari segala komposisi.
Keseimbangan dan harmoni ini yang dianggap bikin suatu desain terlihat lebih menarik di mata audiens serta estetik. Makanya golden ratio sering diagung-agungkan sebagai patokan dalam dunia desain dari dulu hingga sekarang.
Masalahnya, kita perlu golden ratio nggak sih? Jawabannya… enggak!
Sampai sekarang, belum ada penelitian yang valid dan pasti soal golden ratio sebagai patokan utama untuk menciptakan desain yang estetik. Ditambah, nggak banyak desainer yang pakai golden ratio sebagai patokan utama.
Coba sekarang tanya deh sama dirimu sendiri, kapan terakhir kali kamu menggunakan golden ratio sebagai patokan dan dasar dalam ngedesain suatu desain apapun itu?
Begitu juga dengan banyak desainer di berbagai belahan dunia lainnya. Richard Meier, arsitek ternama yang mendesain Getty Center serta Barcelona Museum of Contemporary Art, bilang kalau dia nggak pernah ngebayangin golden ratio saat bikin desain arsitektur.
Menurut om Richard Meier, ada banyak formula dan cara lain yang lebih penting buat ngedesain sesuatu dengan lebih efektif. Sekalinya kepakai, golden ratio hanya jadi pendukung atau sebagai tambahan informasi saja dalam proses desain.
Penelitian dari Haas School of Business Berkeley juga menemukan kalau konsumen lebih suka bentuk kemasan persegi panjang yang nilai rasionya berada di rentang antara 1.414 dan 1.732, nggak tepat di nilai 1.618 atau golden ratio.
Nggak cuma itu, nilai dari golden ratio sendiri juga irrasional karena nilainya nggak terhingga. Maka dari itu, nggak mungkin ada benda nyata yang dapat mencapai golden ratio secara sempurna.
Jadi, bisa dibilang kalau golden ratio sebagai landasan atau patokan utama dalam ngedesain apapun itu merupakan mitos.
Apakah berarti salah ngedesain pakai golden ratio? Enggak juga, tapi, ada banyak formula lain yang bisa kamu gunakan untuk menciptakan proporsi desain yang sempurna.
Dalam ngedesain sesuatu, baik logo brand, kemasan, atau desain untuk kebutuhan branding lainnya, yang penting bukanlah menggunakan golden ratio. Tahu kan yang paling penting dalam ngedesain hal tersebut apa? Yaitu logo yang unik, relevan, dan efektif mengomunikasikan brand kepada audiens.
Lalu, kenapa sih kok sampai ada mitos soal golden ratio yang bahkan terkenal dari dulu sejak sekarang?
Jadi gini, pada dasarnya manusia itu makhluk yang secara otomatis selalu melihat suatu pola dari segala hal yang ada di dunia dan mencari maknanya. Kita nggak bisa menerima suatu keindahan secara abstrak tanpa mempertimbangkan aspek logika di dalamnya.
Salah satu cara bagi otak kita menerima suatu bentuk estetika yang rumit dan abstrak adalah dengan memahaminya melalui pemahaman matematika. Namun, nggak semua manusia dapat benar-benar memahami rahasia matematikanya dibaliknya atau bagaimana golden ratio diterapkan.
Makanya, saat manusia melihat sesuatu yang indah dan estetik, mereka akan langsung berpikir dan menghubungkannya dengan golden ratio meskipun mereka tidak bisa membuktikannya.
Pada dasarnya, orang-orang tersebut memiliki keinginan alamiah untuk menemukan makna dalam pola alam semesta yang sebenarnya tidak dapat dijelaskan secara logika.
Biar kamu nggak pusing mikirin apa formula yang tepat buat ngedesain kebutuhan brandingmu, percayakan aja urusan desain sama Akarmula.
Lewat layanan Brand Strategy, Akarmula bakal bantu kamu untuk merancang dan mendesain strategi komunikasi brand yang tepat dan menancap di hati audiens untuk brand milikmu
Mau tau gimana caranya Akarmula bantu desain untuk brandmu? Yuk konsultasi gratis di sesi 60 Minutes About Your Brand sekarang!