fbpx

Mau Tahu Cara Mengukur Keberhasilan Branding? Cari Tahu di Sini!

June 25, 2024

Membangun brand memang cukup melelahkan. Apalagi, proses branding ini proses jangka panjang yang perlu kita tekuni terus. Terkadang, kita pengin tahu apa sih yang sudah kita petik, sampai pada akhirnya kita memasuki fase mengukur keberhasilan branding.

Key Takeaways

  • Branding yang efektif itu nggak sekadar ngukur hasil penjualan dan nggak cuma visual yang menarik mata aja.
  • Untuk mengukur keberhasilan branding, kamu bisa menggunakan formula AIDA.

Keberhasilan branding ini nggak cuma sekadar kemasannya menarik, visual yang pakem, atau sekadar nama brand yang sudah populer aja. Nggak jarang, pemilik bisnis juga belum memahami sepenuhnya bagaimana cara mengukur keberhasilan branding yang tepat.

Padahal, aktivitas branding ini benar-benar harus terukur. Kabar baiknya, mengukur keberhasilan branding terkadang nggak memerlukan data metriks juga. Emang gimana caranya? Sebelum ke sana, coba kita samain dulu persepsi tentang bagaimana branding yang efektif dulu yuk!

Kaya Gimana Sih Branding yang Efektif?

Emangnya, gimana sih branding yang efektif itu sebenarnya? Okay, kita bakal sedikit main sebentar.

“I’m Lovin’ It” itu tagline dari brand apa? Pasti langsung kepikiran McDonald’s, kan?

Okay, coba kalau “Just Do It”, gimana? Pasti Nike, betul tidak?

Kalau gitu, sekarang bayangkan logo Apple, pasti langsung terbayang bukan?

Itu tadi sedikit menggambarkan seperti apa branding yang efektif itu. Masih ada banyak orang yang mengira kalau mengukur branding itu berarti kita perlu melihat gimana jumlah penjualan, jumlah followers di media sosial, sampai jumlah pengunjung.

Padahal, mengukur keberhasilan branding sendiri lebih dari itu. Branding itu berhubungan dengan bagaimana kita menempatkan makna dari brand kita ke target audience kita. Berarti, yang kita sentuh itu adalah persepsi audience terhadap brand kita, betul tidak?

Brand-brand besar yang kita kenal sekarang itu sudah berhasil menanamkan persepsi dan makna dari brand mereka ke audience secara luas. 

Balik lagi ke Nike, kita pasti langsung terpikirkan dengan brand sportswear yang nggak cuma inovatif, tetapi juga memotivasi audience karena digunakan oleh banyak atlet.

Ingat, branding yang efektif itu nggak sekadar ngukur hasil penjualan dan nggak cuma visual yang menarik mata aja. Nah, udah sepakat? Kalau udah mari kita kuliti caranya mengukur keberhasilan branding!

Gimana Caranya Mengukur Keberhasilan Branding yang Efektif?

Sekarang kita sudah masuk menu utama. Di sini, kita bakal menggunakan formula AIDA yang sudah menjadi salah satu sales funnel yang populer untuk mengukur keberhasilan branding.

Pada intinya, mengukur keberhasilan branding ini sama dengan memahami bagaimana customer experience atau pengalaman pelanggan saat berada di setiap fase AIDA (Awareness - Interest - Desire - Action).

Maka dari itu, kita bakal bahas satu persatu!

Awareness

Sesuai namanya, fase ini adalah fase di mana kamu perlu caper. Fase awareness belum menciptakan penjualan dan belum tentu dapat membuat audiens mengingat brand kita.

Bisa dibilang, fase awareness merupakan fase di mana target audience belum tentu peduli dengan brand kita, baik yang kita upload di media sosial atau kita promosikan. Karena fase ini fokus untuk mendatangkan orang yang peduli dengan apa yang kita tawarkan.

Cara mengukurnya, kamu perlu melakukan survei atau interview dengan target market dari bisnismu. Coba deh tanyakan pertanyaan ini”

“Saat membayangkan produk [Isi kategori produk kamu], brand apa saja yang terlintas di pikiran kamu?”

Setelah mengumpulkan jawaban dari mereka, kamu perlu mengkategorikan output menjadi dua, yaitu:

  • Top of Mind - Target market menyebut brand kamu pertama kali
  • Spontaneous Brand Awareness - Pelanggan yang menyebut brand kamu, tanpa peduli siapa yang pertama kali disebut.

Nanti dipresentasikan nih kira-kira seberapa banyak yang menyebut brandmu. Ini penting untuk mengukur seberapa siap target market kita mau menerima campaign marketing dari bisnismu dan seberapa kuat brandmu dibandingkan kompetitor saat ini.

Interest

Selanjutnya adalah fase interest. Di fase ini, kita sudah menangkap perhatian dari target audience, tetapi belum tentu mereka kenal sama brandmu. Saat mengukur keberhasilan branding di fase ini, kita perlu tahu kalau bakal banyak banget data yang bakal kita kumpulkan.

Meskipun banyak, kita bisa menarik satu benang merah dari data tersebut. Fokusnya, kita perlu tahu nih apa yang membuat audience tertarik dengan brand yang nanti kita tanyakan.

Masih lewat survei dan wawancara, pertanyaannya adalah:

“Apa saja yang membuat kamu teringat tentang [brand milikmu]?”

Jawabannya bakal beragam banget nih, bisa jadi karena produknya yang berkualitas, kemasannya unik, layanan pelanggannya baik, dan lain sebagainya.

Setelah itu, kita tanyakan follow-up question ke mereka, yaitu:

“Unik/Berkualitas/Baik seperti apa yang kamu maksud?” Dari situ, kita bisa tahu apa aja sih yang jadi alasan mereka mau berinteraksi, tertarik, atau bahkan membeli produk dari brand milikmu.

Desire

Di tahap ini, target audience udah mulai tertarik dengan brandmu dan benar-benar pengin produkmu. Biasanya, di tahap ini calon pelanggan sudah nggak bakal kesulitan untuk memahami fitur dan benefit dari produk milikmu. Tentunya itu juga berkat branding yang efektif.

Namun, kamu tetap perlu menggali nih apa sih alasan mereka menginginkan produkmu? Apa yang membuat produkmu menguntungkan buat mereka? Karena dari situ, kamu bakal bisa memahami apakah komunikasi yang brandmu lakukan sudah on-point dan dapat diterima.

Coba ajukan pertanyaan ini ke mereka “Apa yang membuat kamu tertarik untuk membeli produk kami dibanding produk sejenis lainnya?” dan cari tahu seberapa detail mereka bisa menjabarkan fitur dan benefit dari produkmu.

Action

Di fase terakhir ada fase action. Di fase ini, berarti audience sudah melakukan keputusan pembelian. Berarti sudah selesai dong? Belum. Justru di tahap ini kita bisa manfaatkan untuk menyusun upselling atau menggaet loyal customer.

Maka dari itu, kita perlu mengukur jumlah pelanggan potensial yang membeli (volume) dan value belanja yang terjadi dalam satu waktu.

Cara mengukurnya kalau yang ini cukup mudah. Branding yang efektif+Campaign marketing yang dieksekusi dengan baik = branding yang efektif.

Soalnya, branding yang berhasil itu bakalan bisa ngebantu ningkatin penjualan kalau dipadukan dengan strategi marketing yang baik. Oleh karena itu, di sini kita patokannya melihat ke data peningkatan penjualan dari waktu ke waktu.

Itu dia cara mengukur keberhasilan branding ala Akarmula. Nggak cuma ngefek ke penjualan aja, branding yang berhasil itu bakal berdampak positif  ke semua lini dalam bisnismu.

Kalau kamu ingin membentuk brand strategy yang efektif tapi bingung mulainya, kamu bisa percayakan itu ke layanan Brand Strategy dari Akarmula!

Lewat layanan Brand Strategy, Akarmula bakal ngebantu bisnismu buat menyusun strategi branding yang efektif dan sesuai dengan bisnismu sendiri. Mau tahu gimana caranya? Kamu bisa konsultasi gratis di sesi 60 Minutes About Your Brand! Booking sesi gratisnya sekarang!

Questions to Consider

  • Seberapa sering kita harus mengukur keberhasilan branding?
  • Kalau sudah efektif, perlu kita evaluasi juga nggak branding kita?
Article written by Herpinando Trisnu

More Insights

All Right Reserved © 2024 Akarmula
arrow-down
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram